Sabtu, 13 Maret 2010

Matinya cinta

kubunuh saja lagi cinta
engkau bukan keparat
tapi musafir melintas
aku hilang arah mengikutmu
seperti puri pasir
Tuhan saja tidak mengangguk
busur yang salah arah
aku seperti meregang
hampir purnama ke enam
engkau bisu
tapi aku sekarang letih
biar ku henti saja
meski senandung lirih
karena cintaku tak berjiwa


ve,
Jogja, 25 Pebruari 2003

Setitik debu

aku adalah debu
tapi cintamu sebanyak debu
seperti sesahmu
tekun saja
aku tak akan mati
hangat amarahmu
katakan aku hanya debu
tapi engkau mendekapku



ve,
Jogjya 17 Maret 2003

Pasir bisu

seperti menyusuri sepanjang gurun
berlari menuju matahari
aku tersesat
dimalam aku mengejar bulan
seperti menghitung bintang dengan jari
coba bingkai bulan
menggelepar di pekat mimpi
berbalut pasir gurun, bukan yang terindah
meniti jejak dengan bayangan
mendengarkan angin di kebisuan
pernah kutanya oase pada pasir bisu
lautan pasir hanya membuka


ve,
Jogja, 15 Maret 2003

Karena engkau pun harus cinta

tlah mati
karena kau tak bergeming
tlah kubunuh cinta
karena cintamu mati
tapi aku ingin menghentak
membiarkanmu melihat isi jiwaku
galau tak melahirkan cinta
resah hanya tertempa angin
mengikutmu seperti kesia siaan
tapi dua jiwa harus memuja
bukan satu jiwa


ve,
Jogja, 12 Maret 2003

Mencari dalam rapuh

aku tak pulang malam ini
bukan airmata yang ada
hanya penyerahan
pecah lagi bejana
dibuat untuk rapuh
demi pencerahan
kalbu yang tak pernah ragu
menuju pemurnian


ve,

Jogja, maret 2003

Perih

Berpisah di pintu itu
wajahmu mengukir langkah
bahkan aku lupa cara memunguti serpihan
merangkai keutuhan
aku hanya manusia kalah
yang tunduk pada takdir
bernapas denganmu
dalam cinta sang Khalik
tapi seribu kali mengeja nama
jatuh di gersangmu
melukai
siapa yang menikamku
perih



ve
Jogja, 25 Pebruari 2003

Seperti pohon

akau adalah pohon
meliuk
terhempas
dijerat angin
tegak adalah berjuang
andai hujan tak datang
panas pun tak lagi menyengat
aku ingin rubuh saja
letih
tapi ku harus memayungi
daun harus bersemi dalam badai


ve,

Jogja, 04 Januari 2003

Biar malaikatku datang malam ini

lilinku jangan mati
biar malaikatku datang malam ini
karna aku akan berbagi rahasia hariku
hari ini hariku penat
dan riuh hujan itu memekakkan
sejenaklah denganku
meniti malam panjang
karena bulanku tak datang
menemui kita malam ini
berbaringlah di sisiku
merajut serpihan - serpihan hari ini
biar esok aku bangun dengan sejuta harap lagi
genggam tanganku malaikatku
karna aku akan berkelana dengan jiwaku
menyentuh relung - relung jiwaku
membebat goresan tersisa


ve,
Jogja 22 Januari 2003

Malaikat ibuku

kupanggil saja malaikat menemani ibu
mengusir letih di senja hari
mengiring ibu bertelut
merengkuh dalam kehangatan
biar tiada yang mampu sakiti
dan lara tak lagi memecah dadamu
biar malaikat usap luka malam ini
tak perlu tangis
karna anakmu
menangisi tiap tetes tangisanmu



ve,

Jogja, 21 Januari 2003

Let me fall

terbang di cakrawala
dalam penantian
terlena dengan keindahan dibawah
bersua juga dengan burung langit
beban makin berat
biar jatuh kebumi
luruh menembus tanah
memuaskan dahaga
hanyut menyatu aliran sungai
kehadiran yang membuat hidup
tumbuh dan bersemi
setetes yang berarti hidup


ve
Jogja,21 Januari 2003

Yang tak terlewatkan

andai kulari saja
tak kan merasaimu
andai ku jatuh
aku telah mengunjungi dimensimu
memanggil jiwamu
ambil saja beban jiwa kita
dan menaruh diatas tangan kita
sesalku tak kan melahirkan sesal
warna kita akan sempurna
karena kuas kuas kita
biar kuiring kelabu harimu
hingga menjadi pelangimu
lihatlah tiada sesal
meski akhirnya ku rubuh



ve,

Jogja,21 Januari 2003

Jumat, 12 Maret 2010

Keindahan tiada tara

hari - hari aku memikirkanmu
dalam alunan langkah
dan helaan nafas
bara hangat yang berdenyut di dalam
menikmati keberadaan
tanpa sentuhan
rengkuh saja jiwaku
akan kubuka duniaku untukmu
mengembara di alam jiwaku
seperti Han Su Yin
kutunjukkan seribu satu cara memandang satu hal
kuperlihatkan pantulan pelangi
yang melukis kanvas hidupku
kehampaan yang terisi penuh
rasa yang berwarna kelembutan
merambat menyatu aliran darah


ve,
Jogja, 21 Januari 2003


Inspired by Han Su Yin

Ia yang kunamai cinta

kutahu kau hadir saja bergetar
meluluh
merambat hingga ujung sendiku
airan rasa tiada tara
terbingkai wajah
dalam alunan langkah
bagai gema dalam kepala
sesosok menyatu di jiwa
upetiku setiaku
hari terberat tak membingkai
menyeret beban dalam langkah




ve
Jogja, 20 Januari 2003

Ketika kudongakkan kepala

langitku masih berbintang
berteman rembulan
dalam pelukan malaikatku
dan aku masih terpikat
bicaralah bintangku
ketika sesah ada
seperti rembulanku di malam hari
rengkuhan sinar emas
cobai saja setiaku
karena ia sebanyak dirimu
dan seemas sinarmu



ve,
Jogja 20 Januari 2003

jejak langkah tertinggal

biarku lari saja
biar impian - impian jatuh
tapi jiwaku masih tertinggal
ku harus tetap lari
air mata bisa jatuh
biar jejak- jejak langkah saja tertinggal
bak sepatahpun pembelaan
tetapi kakiku telanjang dan sakit
begitu berserakan
kutahan saja darah
karena berhenti lebih perih




ve,
Jogja 08 Januari 2003

Seorang pria meniti setia ( untuk keigo )

jangan takut
mengapa risau
sandarkan saja hidupmu dijiwaku
tubuh memang fana
cinta adalah hidupmu
jangan hitung harimu
karena aku tetap disisimu
sekalipun meregang nyawa
bahkan kutetap disini
andai kau pilih melepas hidup
karena engkau satu dari tulangku


ve,
Jogja, 20 Januari 2003

Kamis, 11 Maret 2010

Lebih baik aku mati saja

bila kau hentikan napasku
merenggut pelita dariku
niscaya tersesatku dalam kelam
kecipak air menyakitkan
bunga matahariku jangan bunuhku pelan
karna ku tak sanggup menanggung beban dalam riuh hujan
merindumu seperti mengikat tali di leher
kutundukkan kepala
menahan gejolak yang menghentak


ve,
Jogja, 22 Desember 2002

Untuk hari aku tak disisimu

tanganku tak kan meraihmu di licin jalanmu
mungkin hujan lukaimu
ku tak lagi terangi jalanmu
aku hanya sungai yang tunduk pada takdir
tapi kau tak kan rubuh dan hanyut
meski menyeret langkah dalam angin
kakimu tegar menopang tanpaku
berteriaklah kepada badai
tangisan tak kan terdengar
hingga hujan pun tak sanggup lukaimu



ve,

Jogja,17 Desember 2002

Menariku di bulan Desember itu

menari dibawah rembulan
mengenyahkanmu dari diriku
bulan pucatku menarilah
lepas demi kebebasan
untuk waktu aku tak mau mengenangmu
menginjak bayangan
semakin cepat berputar
berselimut warna bulanku
menggerakan jari menyentuhmu
awan begitu cepat
menghentak dalam putaran
wajahmu menyatu dalam pucat bulanku



ve,

Jogja, 17 Desember 2002

Rainy day

hujan belum reda
kau belum datang
dari balik kaca jendela
rintik hujan melukis kaca
mataku kabur menanti kehadiran
rebah kepala
menghitung detik dengan jari
hanya bayangan dalam ingatan
kutetap disini
hingga reda hujan
dan dahan berhenti berderak
sampai sesosok tiba

ve,
Jogja 07 Desember 2002

Sekarat dalam rindu

berenang dilaut rinduku
menebas berkeping
dalam bilur-bilur rapuhku
sekarat dalam kerinduan
jauh di suatu tempat
rasakan rindu
di kepekatan



ve,
Jogja, 18 Nopember 2002

tersesat

dalam kesesakan
tak pernah jiwa gelisah
dalam pencarian jiwa
tersungkur di keletihan raga
meniti satu satu hariku
Bapaku memanggil
aku kembali
tetapi jiwa manusiaku yang laknat
berenang di laut keluh


ve
Jogja, 13 Nopember 2002

Unfinished poem

ketika semua dicipta untuk rapuh
letih punguti serpihan
seperti puisi yang tak kunjung sampai
dari ruang imaji pujangga
tapi ini hidup
bukan puisi
hanya seperti puisi
terlalu banyak makna itu
berputar seiring roda
cerita hidup yang tak kunjung henti
puisi hidup yang melelahkan
tanpa tahu akhir kata




ve,
Jogja, 12 Nopember 2002

Dibelahan hati yang mana

diujung sore tadi kudengar suaramu
gelak- gelak yang menembus batas
tapi dibelahan hati yang mana
hati luruh
sementar bintang mulai melukis langit kelam
dan bulan mengakhiri dengan keindahan
masih saja terpekur
menjelajah sudut-sudut hati
dimana suaramu tinggalkan jejak
sentuhan jiwa tak mengena
hanya berpangkal di titik kebaikan



ve
Jogja,10 Nopember 2002

Meniti setia

aku pergi di heningmu
kutapaki jalan kasih yang kau nubuat
terseok dan jatuh
bergegas bangkit
ingat setiaMu pada maut
untuk jiwa insanMu
dalam bilur aku berkaca
kasih yang tak pernah padam
sesalku dalam tetesan darah


ve
Jogja,09 Nopember 2002

Suatu senja di pantai itu

mata menatap batas cakrawala
sore yang indah
gerak kaki menyisir pantai
merangkai- rangkai penggalan hidup
wajahmu muncul di permukaan
bayangan membuyar
riak-riak matamu dalam
menembus kalbu
kudekati
tapi hilang di pecah ombak


ve
Jogja,19 Nopember 2002

pada suatu pagi

bangun dari kepekatan
dari jendela suryaku menerobos
sisa-sisa peluh tadi malam
dari semua tempat
hanya ruang ini kucinta
dalam helaan doa
larutan isakan air mata
tumpahkan riang
dari sini ku menjadi
mencoba setiaku pada hidup
meniti jembatan panjang




ve,
Jogja 08 Nopember 2002

Devosi

ketika malam memanggil
letih jiwa sujud
dalam temaram lilin
dalam peluh dan air mata
telanjang di hadapMU
kau tanya dimana setiaku
ratusan kata dalam doa
hingga tak sanggup raga
satu penyerahan diri dari hati
kulepas beban
ketika ku masukiMU
setiaMU dalam maut bagiku
kutersimpuh begitu Maha



ve
Jogja, 07 Nopember 2002

Wajahmu adalah inspirasi

terjaga dlam suatu ruang
meronta dalam kesetiaan
satu wajah menari dalam imajinasi
mabuk di ruang rindu
telah penat naiki kuda zaman
dengan pelana hidup yang tak terganti
mengukir wajah dalam keabadian
dan membingkai dalam kesetiaan


ve,06 Nopember 2002



ah jiwamu membawa lari jiwaku
menarik tanganku dalam getaran itu....

Di ruang rindu

ketika malam peluk cakrawala
rembulan merangkak pelan
mencoba sembunyi dari pelukan angin
mengenangmu
bernafas dalam kerinduan yang tak lekang
disuatu sudut hati di ujung malam
satu jiwa berkelana
menjelajah ruang dan waktu
dalam kepekatan malam
menari diantara bintang
berkecipuk dalam hasrat jiwa
yang tanpa  kata
mengharap suatu kehadiran
singgah di ujung malam



ve,06 Nopember 2002

biarkan sepertiMU

sekarang kami tanpa daya
terbenam dalam kesedihan
air mata tak henti
kasih kami tersembunyi
caraMU menyesah
kami kembali dengan kepingan hati
Engkau masih Maha Segala
berikan hati seperti hatimu